"Artikel Terbaru"

Pengumuman

"Posting untuk saat ini tidak akan teratur-ADMIN
Diberdayakan oleh Blogger.

Quotes

"Jangan iri atas keberhasilan orang lain, karena kamu tidak mengetahui apa yang telah ia korbankan untuk mencapai keberhasilannya itu"-ADMIN
Home » » Negeriku | Cerpen Pendidikan

Negeriku | Cerpen Pendidikan

Written By Unknown on Selasa, 02 Februari 2016 | 19.26.00

Aku masih terus sibuk berkutat dengan buku-buku pelajaran yang akan ku bahas satu persatu. Sebenarnya sudah mau pecah otakku memikirkan semua pelajaran-pelajaran ini. Terlebih lagi fisika, ku akui hebat memang Albert Einstein, Thomas Alpha Edison, Alexander Grahambell dan teman-teman ilmuan lainnya yang dapat menciptakan rumus-rumus tanpa bantuan tekhnologi canggih seperti sekarang ini. Walaupun banyak yang mengeluh apabila di sekolah sedang membahas pelajaran tentang rumus yang mereka ciptakan. Ines Fita Marpaung namaku, sekarang aku siswa kelas tiga disebuah SMA Negeri di kotaku. Makanya sekarang aku sedang berusaha keras belajar untuk mendapatkan hasil ujian terbaik nantinya. 

Seperti yang kukatakan tadi, walaupun rumit aku tetap suka pelajaran fisika, mulai dari rumus-rumusnya yang super ribet, dan pembahasannya yang menurutku sangat pas untuk membuat syaraf otak yang tegang menjadi mengendur. Di sekolah ini aku juga salah satu murid yang di banggakan oleh sekolah karena sering aku memenangkan kejuaraan di bidang SAINS. Intinya, tak ada lagi yang meragukan kemampuanku dibidang intelektual. “Nes, yang ini cemana sih caranya ? kurang ngerti aku tadi waktu ibu itu menjelaskan.” Ujar Lilis teman sebangkuku sambil memperlihatkan satu contoh soal yang tadi baru di bahas. Lilis Safitri namanya, tak jauh beda denganku dia juga termasuk murid yang berprestasi di sekolah ini. Sering aku bersaing dengannya untuk menjadi juara kelas. Tapi hal itu tak membuat kami juga menjadi tak baik dalam berteman, malah kami berdua sangat akrab.
***


Tak terasa ujian semester ganjil telah tiba, seperti biasa pula aku berusaha yang terbaik agar nilai ujianku memuaskan. Semua berjalan lancar kurasa, tak ada yang terlalu membuat beban. Dan aku juga merasa puas dengan hasil ujianku. Beberapa minggu kemudian pengumuman hasil ujian atau pembagian raportpun tiba. Seperti yang aku duga, hasil ujianku sangat memuaskan karena sekarang aku mendapat rangking pertama di kelas. Tapi, sangat terkejutnya aku karena Lilis tak dipanggil kedepan yang itu artinya dia tak mendapatkan rangking padahal selama dua tahun dia selalu mendapat rangking. Setelah semua acara pembagian raport selesai, aku langsung menemui Lilis. Aku berusaha mencarinya kemana-mana tapi nihil. Tanpa sengaja aku melihat kearah mushollah ternyata Lilis ada disana. 

Langsung ku hampiri dia. “Lis, disininya kau rupanya ku cariin dari tadi kau kemana-mana sampek capek kakiku ini.” Omelku pada Lilis. “hiks..hiks..” kulihat Lilis yang sedang menangis. “Loh, kenapa kau Lis ? Kok nangis ? Apa karena masalah rangking itu iya ?” kataku bertubi. “hiks.. iya Nes, bukan Cuma itu aja yang lebih buat aku sakit hati ku dengar dari orang-orang sebenarnya aku juga dapat rangking tapi karena ada yang cuci raport makanya aku gak dapet rangking Nes, padahal aku udah berharap kali biar bisa aku masuk jalur undangan itu. Tau sendirilah kau cemana keuangan orang tuaku. Kalok bukan dari undangan mana bisa aku melanjut kuliahku Nes hiks..” Deg.. langsung terkejut aku mendengar penuturan Lilis, sangat mengecewakan. Bagaimana mungkin bisa seperti ini. Orang yang jelas-jelas nilainya tinggi bisa tersingkir karena adanya ‘permainan’ orang-orang yang tidak tau diri. Aku memang sudah tau bahwa sistem cuci raport sudah sangat biasa di sekolah ini. Terlebih para murid yang memang anak orang kaya dan mampu untuk melakukan cuci raport untuk memperbaiki nilainya dengan memberikan imbalan kepada guru yang telah membantunya. 

Simbiosis Mutualisme memang. Hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan. Tapi itu untuk mereka tidak untuk Lilis. Tapi sungguh aku tak menyangka akibat dari perbuatan curang mereka menimpa Lilis yang memang aku juga mengakui kemampuannya yang tak lagi diragukan. Sungguh mengecewakan. Mau menjadi apa mereka yang melakukan hal itu bila masih di bangku sekolah saja mereka sudah melakukan kecurangan. Terlebih bila nantinya mereka menjadi pemimpin Negara ini, mau jadi apa nantinya bila yang memimpin saja tidak memiliki kemampuan yang memadai karena mereka
PROFIL PENULIS
Nama saya Ilham Syahputra..
Saya tinggal di Kisaran...
Sekolah di MAN Kisaran...
Cita-cita saya ingin menjadi Aktor..
Doain ya teman-teman semoga sukses....
Amiinn....

1 komentar:

  1. Kasian ya.. akibat orang punya yang gak kaya jadi tertindas.. cuci rapot.. duuhh...menghancurkan impian orang lain..

    BalasHapus

Perjalanan Blog

Sering Di Intip