Sejak namanya melambung berkat temuan tangan robotnya, ia didatangi
sejumlah peneliti. Tak sedikit yang bangga dengan karya Tawan. Namun,
banyak juga yang meragukan. Ia pun mempersilakan pihak-pihak
berkepentingan untuk meneliti alatnya. Sayang, penelitian itu justru membawa petaka bagi Tawan. Betapa tidak, alat robotiknya justru rusak, tak bisa digunakan lagi.
Tawan bercerita, alat robotik yang dibuatnya dari barang rongsokan
tersebut diteliti oleh beberapa ahli dari beberapa universitas di Bali
yang berkunjung ke bengkel lasnya. Dia pun mempersilakan para peneliti
tersebut untuk melihat alat yang dirakitnya selama dua bulan tangannya
mengalami kelumpuhan pada enam bulan yang lalu itu. Menurutnya, dia tidak mempermasalahkan tangan robotiknya untuk
diteliti. Namun saat usai diteliti, alatnya justru tak bisa difungsikan
lagi.
“Kesal saya enggak bisa dipakai lagi. Tadi diteliti sama ahli-hali, malah rusak. Saya tidak bisa bekerja lagi,” sesal Tawan.
Dirinya kini tak bisa kembali bekerja akibat tangan robotnya rusak.
“Saya tidak bisa bekerja. Bagaimana nasib anak istri saya? Saya ancurin saja lama-lama alat ini,” katanya.
Banyak pihak yang menaruh kagum atas penemuan Tawan tersebut. Namun
ada pula pihak-pihak yang meragukannya. Banyak yang merasa janggal
tentang penemuan Tawan tersebut.
"Kelihatan waktu dia sedang memasang lengannya. Tapi anehnya respon ke
pergerakan tangannya cepat dan pasti tanpa ada kesalahan gerak. Gear Box
"tangan robot" Tawan tidak terkunci, bisa dibongkar pasang, bahkan
dengan kecepatan putar tertentu bisa lompat dan lepas. Gerakannya cepat,
mulus dan biologis tidak menampakkan gerakan robotic mekanik," papar
Kharim, Sabtu 23 Januari 2016.
Kendati begitu, bagi Nur Kharim, poin yang menarik dari sosok I Wayan
Sumardana adalah semangatnya untuk melawan penyakit stroke yang
mengakibatkan tangan kirinya lumpuh dan ide Tawan untuk menciptakan
sebuah tangan robot, yang apabila berhasil diwujudkan tentu sangat
bermanfaat bagi banyak orang.
"Hebatnya, hanya berbekal informasi dari internet dan ilmu yang
diperolehnya selama bersekolah, Tawan mencoba merakit tangan robot
dengan bahan seadanya dari barang bekas," pujinya.
Untuk itulah, Nur Khakim
memandang ide orisinil Tawan tetaplah sebuah ide yang brilian. Sehingga
Inkubasi Bisnis STIMIK Primakara Bali berminat untuk membantu mewujudkan
ide brilian I Wayan Sumardana membuat tangan robot yang sesunggguhnya,
agar tangan robot tersebut bermanfaat bagi banyak orang yang kebetulan
mengalami problem yang sama. Sumardana merakit sendiri alat bantu itu. Dia gunakan besi bekas
alias rongsokan. Maklum, dia adalah tukang las. Sehingga besi bekas bisa
mudah dia dapat. Dengan keahlian itu, kemudian dia rakit. Menyerupai
robot.
Kendati tangan kiri sudah bisa dipakai untuk bekerja, Sumardana
mengaku robot yang dipasang itu belum sempurna. Terutama di bagian jari.
Dia kini berupaya menyempurnakan alat tersebut.
“Kekurangannya di jari saja. Masih kurang alatnya, jadi belum
sepenuhnya sempurna. Alatnya ada untuk menggerakkan jari,” kata
Sumardana, saat ditemui di bengkelnya di Desa Nyuh Tebel, Kecamatan
Manggis, Karangasem, Bali.
Menurut dia, dua jari tangan kirinya, yakni jari manis dan kelingking, hingga kini belum bisa digerakkan.
“Saya baru mengandalkan tiga jari saja. Biasanya jari selalu berlima,
ini cuma tiga. Kasihan yang dua,” jelas bapak tiga anak ini.
Untuk menyempurnakan alat itu, Sumardana mengaku butuh dana Rp 3 juta
lagi. Masih ada 10 alat untuk menggerakkan jari. Harganya sekitar Rp
300 ribu perbiji. “Itu yang termurah. Ada yang mahal yang lebih
canggih,” jelas Sumardana.
0 komentar:
Posting Komentar